Besersama Jamaah Dari Negaria
Dalam Al Quran Haji dianjurkan bagi setiap kaum muslim yang telah mampu. Haji termasuk rukun Islam ke-5 yang wajib dikerjakan oleh umat muslim yang sudah baligh dan mampu secara finansial.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam, bersabda,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ خَطَبَنَا
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ
فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا ». فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ
عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلاَثًا فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ
وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ – ثُمَّ قَالَ – ذَرُونِى مَا تَرَكْتُكُمْ
فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ
وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَىْءٍ
فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَىْءٍ
فَدَعُوهُ ».
“Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah”, kemudian ada seorang bertanya: “Apakah setiap tahun Wahai Rasulullah?”, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab sampai ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau menjawab: “Jika aku katakan: “Iya”, maka niscaya akan diwajibkan setiap tahun belum tentu kalian sanggup, maka biarkanlah apa yang sudah aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian, akibat banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka jika aku perintahkan kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai dengan kemampuan kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu maka tinggalkanlah”. (HR. Muslim).
Apakah kawan-kawanku seiman telah melaksanakan rukun Islam yang ke-5?
Mari semua kita pasangkan niat agar diberikan kesempatan untuk melaksanakannya, suatu pengalaman religi yang luar biasa ketika kita berada di tanah haram. alhamdulillah Bu Sitti sudah melaksanakannya dan mau berbagi pengalaman sedikit kepada kawan-kawan semua.
Berdasarkan perintah Allah Swt tersebut maka Bu Sitti mengerjakannya dengan sepenuh jiwanya. Perjalanan Haji Bu Sitti di tahun 2015, memiliki banyak peristiwa yang menakjubkan, karena di tahun 2015 banyak jamaah Haji (Tamu Allah) yang mengalami musibah, karena pada waktu itu ada dua kejadian yang merenggut nyawa yang tidak sedikit, seperti jatuhnya tren (alat berat) di Masjidil Haram dan musibah terinjak-injaknya tamu Allah pada terowongan Mina. SubhanaAllah semua itu kehendak Allah.
Bu Siiti merupakan salah seorang jamaah Haji Aceh yang berangkat pada gelombang dua kloter 7 yang terdiri dari delapan Kabupaten yang ada di Aceh, yang jamaahnya banyak berusia lanjut. Rombongan Bu Sitti tiba di mekkah sekitar pukul 20.00 waktu Arab Saudi. Baru saja kaki melangkah masuk ke dalam lobby hotel tiba-tiba turun hujan dan angin yang sangat kencang, kertas kardus yang berada di tepi jalan terbawa sampai ke lantai 20 hotel yang letaknya di depan hotel Bu Sitti. Seketika semua Jamaah memohon doa dan berzikir agar badai cepat berlalu. Para pendamping jamaah haji langsung memberikan pengumuman untuk tidak keluar dari hotel dan tidak diizinkan untuk mengunjungi Masjidil Haram karena cuaca yang kurang baik. Masjidil Haram pada waktu yang bersamaan banjir dan kejatuhan tren (alat berat), sehingga rombongan kami terpaksa menunda untuk melakukan thawaf, hingga keadaan Masjidil Haram bersih dan aman.
Pukul 12.00 malam waktu setempat Bu Sitti dan beberapa jamaah masih duduk di lobby hotel seraya menunggu berita dari para pendamping haji mengizinkan untuk dapat berangkat ke Masjidil Haram melaksanakana Thawaf agar tidak melanggar rukun haji. Sambil terkantuk-kantuk Bu Sitti dan beberapa jamaah tetap menjaga ihram, lalu tiba-tiba ada pengumuman dari salah seorang petugas haji memberi pengumuman bahwa sudah diperbolehkan untuk pergi ke Masjidil Haram, bergegas Bu Sitti dan beberapa jamaah Haji Aceh bangun dari kursi segera berangkat ke Masjidil Haram dengan menggunakan Bus. Sewaktu berada di dalam bus Bu Sitti bertemu dengan salah seorang jamaah Haji berasal dari Pulau Jawa kita sebut namanya Mbak Eni, yang sudah beberapa hari berada di Mekkah karena Mbak Eni merupakan jamaah gelombang pertama. Bu sitti menyapa Mbak Eni dan minta izin untuk dapat mengikutinya bersama-sama ke Masjidil Haram, karena waktu sudah larut malam yaitu sekitar pukul 2.00 waktu setempat dan belum mengenal arah yang dilalui saatmenuju tempat awal melakukan thawaf. Dengan kebaikan hatinya Mbak Eni mengatakan hayuk Ibu monggo kita bareng aja ntar saya tunjukkan tempat dan jalannya untuk memulai thawaf. Bu Sitti langsung bersyukur kepada Allah Swt. dengan kemudahan yang diberikan sehingga Bu Sitti dan tiga teman jamaah asal Aceh dapat langsung melakukan thawaf dan sa’i, selagi Bu Sitti melakukan sa’i tiba-tiba azan shalat subuhpun berkemandang maka Bu sitti dan temannya berhenti melakukan sa’i dan melaksanakan shalat subuh. Setelah selesai shalat subuh Bu sitti dan temannya kembali melanjutkan rukun sa’i yang belum sempurna dan diakhiri dengan tahalul.
Sebelumnya Bu Sitti sudah pernah melakukan umroh di tahun 2013 tetapi perkembangan dan kemajuan pembangunan masjidil haram setiap waktunya yang membuat semuanya mengalami perubahan. Tetapi bantuan yang diberikan Mbak Eni mempermudah langkah Bu Sitti dan temannya untuk bisa cepat menyelesaikan ihramnya.
Setelah melakukan tahalul (menggunting sedikit rambut) Bu sitti dan temannya langsung sujud syukur atas nikmat yang Allah berikan, dan bergegas kembali ke hotel untuk membersihkan tubuh dan istirahat sebentar. Setelah merasa segar dan kuat Bu Sitti bersiap-siap untuk kembali bergegas menuju ke Masjidil Haram melaksanakan shalat zuhur dan ‘iktiqaf di masjid seraya membaca Al qur’an. Setelah shalat Isha Bu Sitti kembali pulang ke hotel untuk tidur dan keesokan harinya kembali lagi ke masjidil haram.
Setelah beberapa hari berada di Mekkah waktu Wukuf-pun tiba, Bu sitti dan temannya yang lain berangkat ke Padang Arafah untuk melaksanakan rukun dan wajib haji. Subhanallah Allah kembali memberikan kenikmatan yang luar biasa Bu sitti mendapat posisi tempat istirahat yang istimewa, yaitu dekat dengan ACC sehingga tidak merasa gerah dan panas selama berada dalam tenda yang suhu pada saat itu di atas 50 0C, banyak jemaah yang mengalami sakit dan hilang kesadaran dikarenakan udara yang terlalu panas. Bu sitti tidak tinggal diam dengan reflek langsung membantu jemaah yang membutuhkan pertolongan, sambil terus berzikir dan berdoa kepada Allah Swt untuk keberkahan umur dan rezeki yang diberikan serta senantiasa diberi kesehatan dan dapat bermanfaat bagi orang lain.
Setelah mengerjakan wukuf para jemaah diberangkatkan ke musdalifah untuk bermalam dan keesokan harinya menuju Mina. Setiba di Mina Bu sitti dan temannya bertiga memberanikan diri untuk langsung melaksanakan melontar, sementara ketua rombongan dan ketua kloter melarang untuk melakukannya, karena ada berita terjadi musibah di terowongan Mina. Sementara jamaah sudah mulai gerah atau ingin menyelesaikan rukun hajinya, karena masih dalam berihram agar tidak rusak atau cacat. Dengan keberanian dan semangatnya Bu sitti bertekat untuk melakukan melontar pada waktu dhuha, karena Bu Sitti meyakini waktu tersebut merupakan waktu yang Afdhal. Bu Sitti mengatakan pada temannya gimana apa kita coba bergerak terus, sambil melihat situasi aman atau tidak, jika tidak memungkinkan untuk melontar kita kembali ke tenda, jawab teman-teman Bu Sitti kami siap kalau Ibu pergi kami ikut. Separuh jalan yang dua teman Bu Sitti ragu dan kembali ketenda dan sedangkan yang dua orang lagi tetap lanjut bersama Bu Sitti. Lalu Bu Sitti memberi semangat pada dua temannya ayo Bu kita niatkan dalam hati dan berdoa semoga Allah memberikan kemudahan, jalan terus sambil berzikir katanya. Di sepanjang jalan banyak orang yang menuju tempat melontar, semangat Bu Sitti kembali kuat dan menyusun strategi dengan mengikuti rombongan dari jamaah Indonesia yaitu dari Jawa Tengah yang juga akan melakukan melontar. Alhamdulillah sesampai di tempatnya ternyata tidak ada kejadian apa-apa karena posisi Bu Sitti berada di lantai tiga sedangkan tempat kejadian jamaah yang terinjak-injak itu di lantai bawah tempat Rasulullah melakukan melontarnya tempo dulu. Memang itu tempat yang paling Afdhal katanya dan banyak orang dari negara lain yang tubuhnya besar-besar melontar di tempat itu. Bu Sitti tidak mau ambil resiko karena memang tempat jamaah Indonesia di lantai tiga. Dengan mudah Bu Sitti melontar karena tempatnya tidak ramai karena para jamaah takut mendengar berita itu.
Selesai melontar Bu Sitti dan temannya kembali ke tenda untuk membersihkan diri, sewaktu sampai di area perkemahan ada jemaah laki-laki bertanya sewaktu melihat Bu Sitti dan dua temannya pulang dan bertanya dari mana Bu? Bu Sitti dan temannya menjawab kami baru pulang melontar Pak. Wah luar biasa Ibu berani sekali, jawab seorang jamaah. Sahut yang lain, Ibu-ibu aja berani masak kita takut ayo Pak kita selesaikan rukun haji kita jawab salah seorang jamaah yang lain. Dan kejadian ini membuat jamaah yang lain berani dan melaksakan melontar seperti yang Bu Sitti lakukan selama 3 hari, yaitu di waktu dhuha.
Sepulang dari Mina Bu Sitti kembali melakukan rutinitas Shalat di Masjidil Haram, yaitu setiap pagi pukul 07.00 waktu setempat beliau selalu sudah siap berkemas dan sarapan lalu duduk di lobby hotel untuk menelpon suami dan anak semata wayang Tharisha Maisya yang ditinggal untuk melaksakan rukum Islam yang kelima masih berumur 7 tahun pada saat itu. Setelah itu Bu Sitti menunggu teman Jemaah yang ingin mengambil miqat ke mesjid Aisyah ( Tan’im) untuk melaksakan umroh sunnah. Tiba-tiba keluar dari lif hotel dua orang bapak-bapak lengkap dengan pakaian ihramnya, langsung Bu Sitti hampiri meminta izin untuk ikut mengambil miqat di mesjid tan’im. kedua bapak tersebut mengizinkannya. Setelah hari itu Bu Sitti melakukannya sampai tujuh kali seorang diri, Dia merasa sudah memahami seluk beluk bagaimana menuju mesjid ta’im. Bu sitti melakukan umroh sunnah sebanyak tujuh kali yang diniatkan untuk keluarga kecilnya yang sudah hilang pada saat musibah tsunami pada tahun 2004, yaitu untuk tiga orang putra putrinya dan suaminya.
Bu Siiti selama berada di Masjidil Haram selalu duduk pada posisi yang sama sehingga membuat seorang ibu dari Malaysia menghampirinya dan berkata “Hajjah saya selalu memperhatikan duduk di sini dan sambil membaca Al Quran” siapa nama Hajjah dan berasal dari mana? Dengan senyum Bu Sitti menjawab saya dari Aceh dan saya juga seorang guru. Subhanallah saya senang bertemu dengan Hajjah, kemudian dia bertanya lagi setiap selesai shalat zuhur Hajjah selalu pergi dengan meninggalkan sajadahnya, kemana hajjah pergi? Bu Sitti menjelaskan bahwa dia masuk ke Hijir Ismail untuk berdoa dan membaca Al Quran di sana. Subhanallah Hajjah berani dan saya ingin melakukannya tetapi masih ragu karena takut melihat jamaah yang luar biasa ramainya.
Keesokan harinya ibu dari Malaysia itu mencari Bu Sitti ingin untuk diperkenalkan dengan suaminya, karena dia bercerita tentang keberanian Bu Sitti. Lalu suami beliau mengatakan cikgu istri saya sudah berani melakukan thawaf sendiri setelah mendengar cerita cikgu, alhamdulillah jawab Bu Siiti, mereka pun saling bercerita pengalaman masing-masing yang tujuannya memotivasi dan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin selama berada di Tanah Suci Mekkah.
Pada kesempatan yang lain Bu Sitti bertemu dengan jemaah yang lain lalu mengajak mereka untuk masuk Hijir Ismail dan mengambil strategi untuk thawaf di waktu akan shalat ashar, agar dapat melaksanakan shalat ashar di depan ka’bah seraya berdoa agar tidak di larang oleh polisi yang berada di sekitar ka’bah, karena kaum hawa dilarang shalat di situ. Alhamdulillah usaha Bu Sitti dan jemaah dari provinsi lain itu berhasil mereka dapat mengerjakan shalat ashar pada saf ke empat di depan ka’bah.selesai shalat mereka langsung sujud syukur dan kembali ke tempat semula.
Di hari ke 30 Bu Sitti bertemu dengan jemaah dari Palembang, mereka bercerita masalah melakukan umroh sunnah, karena ibu tersebut mengetahui kalau Bu Sitti setiap hari mengambil miqat untuk melaksanakan umroh sunnah, langsung ia memohon pada Bu Sitti untuk mengerjakan umroh sunnah yang diniatkan kepada kakeknya yang sudah meninggal dunia, karena ibu tersebut sudah berjanji kepada keluarganya akan melakukan umroh sunnah untuk kakeknya, tetapi karena suami ibu itu tidak mengizinkan nya maka dia merasa berdosa jika menunaikannya, kemudian meminta Bu Sitti untuk melakukannya dan disanggupi oleh Bu Sitti. Bu Sitti merasa permintaan ibu itu suatu anugrah yang Allah berikan karena sedang di tanah haram ketulusan hati Bu Sitti untuk menyanggupinya juga spontalitas tampa dipikirkan terlalu lama.
Semoga Allah senantiasa memberikan anugrah untuk setiap langkahnya , Aamiin YRA.
Catatan Religi yang bagus Bu Lsnjut.spy jd buku memoar
BalasHapusMantab...dan kereen..
BalasHapusWow mantap benar
BalasHapusPerjalanan yang penuh inspirasi,semoga bisa nyusul ,Bu.
BalasHapusBisa dijadikan Buku biografi nih..Semangat terus ya
BalasHapusKiki Ledya
BalasHapusMakin menginspirasi ...jadi lebih semangat...pengen ikut jejak Bu sitti
Mantap semangat terus dalam berkarya sahabatku
BalasHapusMantaaap banget bu memoarnya, membawa sya seakan ikut melihat yg ibu lihat dan merasakan yng ibu rasakan, subhaanallaah ingin sekali sy ke sana, semoga ada takdir bg sy...
BalasHapus