Sabtu, 05 Desember 2020

Wartawan Kece

 

 

 

          Malam ini kita  mendapatkan pencerahan dari narasumber hebat yaitu Bapak Nur,  beliau adalah seorang wartawan,  sekaligus penulis buku. Biodatanya sebagai berikut: Anak Bugis-Makassar yang dilahirkan 10 Agustus 1960 ini namanya Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Nama pena dan media sosial adalah Nur Terbit. Anak ke-3 dari 7 bersaudara pasangan Haji Muhammad Bakri Puang Boko - Hajjah Sitti Maryam Puang Mene. Tahun 2015 dia menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Jakarta, program S2 ilmu hukum dengan tesis "Pola Pemberian Upah Untuk Kesejahteraan Wartawan Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta". Sedang S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari'ah dan Hukum. Sementara Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar.

        Nur menjalani profesi wartawan daerah di Makassar sejak masih kuliah, berlanjut jadi koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Menulis berita, peristiwa, laporan pandangan mata dari lapangan. Atau istilah jurnalistiknya reportase. Secara tertulis atau (kadang) dilengkapi foto dari TKP (istilah kepolisian tempat kejadian perkara) ke kantor redaksi koran/media.

        Kebetulan media saya waktu itu (1980-2014) adalah media cetak (koran). Baik ketika masih wartawan daerah di Makassar, maupun setelah bergabung di Jakarta sebagai reporter di Harian Terbit (Pos Kota Grup). Nah, ada perbedaan pola penulisan berita di koran/media dengan menulis bebas utk artikel di media

        Tentu beda lagi jika menulis utk karangan ilmiah, skripsi, makalah, tesis atau disertasi. Di media, ada format atau standar baku, yakni berita tdk boleh (dilarang) memasukkan opini penulisnya atau wartawannya. Tapi si wartawan ingin menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, boleh saja. Ada tempat khusus yakni opini, artikel, yang by name.

        Utk rubrik artikel di media, sdh disiapkan, baik koran, majalah, tabloid, dll. Selain wartawan sebagai tugas utamanya, rubrik opini ini bisa diisi oleh orang luar. Maksudnya pembaca, sesuai kehalian dan bidang yang dikuasainya.

        Utk tulisan ini, ada kompensasi dari redaksi media tsb, berupa honorarium yg besarnya tergantung kemampuan media yang bersangkutan. Mereka yang ahli/pakar satu bidang ilmu, bahkan menjadi penulis tetap, yg tentu honornya juga lumayan. Saat ini media besar seperti Kompas, Majalah Tempo, Republika, Media Indonesia dan beberapa majalah menerapkan standar honor.

        Sayangnya dengan datangnya era digital ini, media cetak dan sebangsanya, banyak yang tiarap lalu tidur untuk selamanya. Kini era berganti dengan online, Satu sisi mengurangi pasar media cetak, sisi lain membuka peluang baru sebagai netizen, atau citizen jurnalism. Media Informasi pun makin banyak pilihan.

        Dulu harus ke lapak K5, lampu merah, pengecer, agen utk dapat membeli koran/majalah, skrg cukup dgn gadget atau hp, dunia sudah terbentang luas. Itu sekedar perkenalan sekitar dunia yang saya geluti selama ini sejak 1980-an. Menulis, sudah mulai dicoba-coba sejak waktu masih SD. Kebetulan ayah Pak Nur kerja di P dan K (kini Kemendikbud) Kab Maros Sulsel. Dulu ada namanya buku inpres, berbagai jenis buku bacaan, pelajaran, dongeng, cerita petualangan. Termasuk majalah anak2 Si Kuncung. Mungkin ada yg masih ingat, tapi Kuncung sdh "wafat" diteruskan majalah Bobo dan rekan-rekannya. Ayah Pak Nur bertanggungjawab membagikan buku-buku tersebut ke sekolah-sekolah, terutama Dikdas, pendidikan dasar di daerah tersebut.

        Dari sinilah saya terbiasa membaca buku-buku. Dimana kemudian sgt berguna  pada kehidupan selanjutnya saat mulai belajar menulis. Jadi benar kata orang,  untuk mahir menulis harus banyak membaca. Ya minimal membaca ulang tulisan sendiri. (dimana kekurangannya, ejaannya dll)

        Di bangku SD itu pula, saya mulai berani mengirim tulisan ke media, tepatnya di koran daerah tempat saya tinggal di Makassar. Ada koran Pedoman Rakyat (PR), koran tertua di Makassar, bahkan se Indonesia Timur. Tulisannya tentu yg ringan sesuai usia pelajar SD. Puisi Anak, Cerita Anak, bahkan ngirim gambar di rubrik Anak. Tentu bangga ketika pertama kali tulisan kita dimuat di koran. Yg lebih bangga lagi dapat honor, dikit.via wesel pos

        Setelah tulisan sudah berani dikirim ke koran dan dimuat, mulai tambah berani ikut lomba menulis. Beberapa kali saya mewakili sekolah utk lomba menulis antar sekolah dan Alhamdulillah...menang. "penyakit" suka menulis ini terus menjangkiti Pak Nur setelah di SLTP-SLTA, kebetulan Pak Nur sekolah di PGA (Pendidikan Guru Agama). Utk ujian akhir, semua siswa harus praktek di SD. Pak Nur kebagian praktek mengajar di SD Muhammadiyah Maros Sulsel, dapat kelas 6 yg muridnya badan besar, sementara badan saya kecil. Pengalaman berkesan mengajar kelas 6 SD yg muridnya seperti GIANT (teman Doraemon - Nabita itu), saya tulis dan kirim ke lomba mengarang pengalaman ke majalah remaja HAI (Kompas grup). Alhamdulillah, walau hanya juara harapan 1 (tahun 1980-an) tapi bangganya luar biasa. Hadiah kamus Indonesia-Inggris M Sadeli dan kaos HAI. Juaranya Leila S Chodori, GolaGong, AGS Arya Dwipayana, semua penulis.cerpen dan novel terkenal  di zamannya menjadi wartawan resmi saat sudah.kuliah di IAIN Makassar. Selain jadi pengelola.koran kampus.

        Terus berlanjut ke Jakarta bergabung di Harian Terbit (grup Poskota), mulai pula belajar menulis opini, tulisan feature, laporan bersambung, sesekali cerpen percintaan atau tema keluarga. Saat pensiun dini, mulai fokus.menulis blog, Kompasiana, mengenal medsos (FB, Twitter, Instagram dan YouTube). Ikut berbagai lomba nulis, beberapa diantaranya menang. Hadiah laptop, kamera, hamdphonez dan yang sering flashdisk, atau voucher belanja.

        Dari sekian banyak tulisan yg tercecer di mana-mana itulah setelah dikumpulkan akhirnya jadi buku. Yg terbaru diterbitkan YPTD-nya Pak Thamrin dahlan adalah "Wartawan Bangkotan". Tadi diantar TIKI dari percetakan ke rumah. Sebelumnya ada "Lika-Liku Kisah Wartawan" terbitan PWI Pusat 2020.  Akan menyusul buku bacaan ringan : MATI KETAWA ALA NETIZEN

        Ini kadang salah satu yang menjadi masalah penulis pemula dan kurangnya minat baca di Indonesia. Bagaimana pendapat Bapak untuk meningkatkan daya baca masyarakat? Sebentar lagi kita akan masuk sesi tanya jawab. Mohon izin bertanya dahulu sebelum kita buka sesi tanya jawab. Baik. Menurut saya, dengan banyak membaca :

1. Memperkaya perbendaharaan kata

2. Belajar EYD

3. Menambah wawasan, terutama bgmn format menulis: belajar nyusun pragfraf, huruf sambung dll

        Yang lebih terasa lagi, dgn banyak membaca tulisan orang lain,.kita belajar style (gaya) penulisan orang. Kita bisa.tiru.utk kemudian akan muncul Gaya khas kita sendiri. Yang gak boleh meniru 100 persen tulisan orang, ibarat nya sampai tirik komanya. Ini sih copy paste ya alias jiplak bin plagiat

Dari pengalaman Pak Nur selama ini, ditemukan "kunci" yg mungkin bisa jadi ini hanya duplikat dari penulis sebelumnya:

1. Menulis dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, yg D-isukai, yg D-ikuasai. Selain yg sdh disebutkan sebelumnya. Rajin baca, nonton TV/film, dengar radio utk memperkaya wawasan sbg tabungan ide kalau mau menulis, terutama genre fiksi

 2. PDLS = Peka Dengan Lingkungan Sekitar (KEPO)

 3. TBTO = Terus Belajar atau Baca (dari) Tulisan Orang

 4. TLMM = Terus Latihan Menulis di Media (Medsos)

5. TILM = Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan kita

        Kalau sudah banyak tulisan dimuat dimana-mana, ya tinggal kontak Pak Thamrin Dahlan utk dibukukan. Gratis lagi kalau dgn beliau ...hehe colek @Thamrin Dahlan. Ya itu tadi. Selain materi atau isi tulisannya bagus, ya banyak belajar dengan membaca tulisan orang lain yang sudah sering menulis.

Kalau kriteria bagus dan mau dibaca orang, relatif sih Bu. Tp di media sosial, media online, blog,nKompasiana.dll, kan ada kode brp jumlah viewer atau pembacanya, yg komenz yg share. Itu sdh indikator tulisan tsb bagus, minimal banyak dibaca. Terus latihan menulis. Lalu minta pendapat keluarga, suami, anak, nih tulisan saya sdh bagus gak. kalau.bekum disempurnakan lagi..lagi..dst

berdasarkan  pertanyaan peserta Pak Nur menjelaskan bahwa setiap media punya kriteria dan standar tulisan yg bisa dimuat. Rubrik atau tulisan jenis apa yg ada di media tsb. Itu hrs dipelajari dan disesuaikan dengan tulisan yg kita mau kirim. Misalnya koran Kompas, hrs sesuai misi koran tersebut.

1. Kalau di Sumut misalnya, ada media cetak koran dan ada rubrik pendidikan, pak Budi mgkn menulis pengalaman masalah pendidikan di daerah bapak terkait masa pandemi, yang bapak kuasai, sukai, alami sendiri

2. Ya sebaiknya lebih banyak pendapat Bapak sendiri. Adapun kutipan pakar, sebagai pendukung dan penguat pendapat bapak (60 pendapat sendiri - 40 teori pakar). Jangan lupa ikut data, atau ada hasil survei dll terkait materi tulisan malah lbh bagus lagi. Selamat mencoba pak Budi..

1. Berita tdk sesuai fakta, adalah merugikan orang lain dan tentu wartawan serta koran yg muat.

    Makanya ada koridor dan kode etik dalam menulis berita. Harus cross cek, konfirmasi ke pihak yang bertanggung jawab dengan berita yg mau ditulis.  Jadi berita akan berimbang. Namun sesuai kode etik dan UU Pers, ada namanya hak jawab. Pihak yg dirugikan/diberitakan hrs diberi ruang yang sama utk menjelaskan atau mengklarifikasi. Jika medianya bandel, ada Dewan Pers. Media ybs disidang disana. Kalau melanggar ada sanksi. Jika yang diberitakan tetap belum puas, boleh ke ranah hukum. Lapor ke polisi. Tp msy lebih suka ke polisi daripada Dewan Pers.

        Seperti jawaban saya sebelumnya (ke Pak Budi), masing-masing media ada aturan baku yang spesifik. Tapi pada umumnya, media sama melihat tulisan yang dikirim ke redaksi dari sisi : tema, isi, aktualitas, cara penyampaian, kepakaran dr penulisnya.Ambil contoh koran Kompas. Tiap hari ada rubrik tetap, sesuai bidang: hukum, politik, keuangan, kesra, olah raga dll. Yang nulis juga dilihat latarbelakang penulisnya.

        Menulis pendidikan, ya biasanya pakar pedidikan, dosen, prof, rektor dll. Begitu juga bidang ilmu lainnya. Aktualitas beritanya juga dilihat. Misalnya jelang Pilpres, Pilkada, tentu gak cocok kalau kita nulis soal pemilihan RT, Kades dll. Kecuali jika studi komparasi. Misalnya, kita mengibaratkan Pilkada seperti pemilihan RT atau Kades, buktikan perbedaan dan persamaannya.

        Karena kita di grup guru, saran Pak Nur lebih pas jika kita menulis masalah pendidikan. Cari juga media yang menyiapkan rubrik pendidikan. Kan keren kalau misalnya judul artikelnya : "Kecenderungan Minat Siswa Belajar Daring di Karawang di Masa Covid-19" oleh Min Hermina, Guru SMPN 1 Cikampek.

        Wartawan adalah profesi. Dari profesi inilah saya hidup dan menghidup anak istri. Kalau saya ditanya apa hukumnya bekerja sebagai wartawan, ya tergantung bagaimana yang bersangkutan menjalaninya.Sekali sewaktu, saya dpt tugas dari kantor menulis "gosip" tentang cinta segitiga Latief (mantan Menaker, bos Sarinah) Desi Ratnasari, dan pemuda Makassar, Onasis putera Ande Latief (Tiga Utama, biro haji)Saya kumpulkan informasi yg banyak ttg yg mau ditulis

Waktu itu repotnya belum ada Mbah Google. Infotainment TV msh terbatas. Pak Latief dan Desi Ratnasari juga "ngumpet" dari.incaran media

Saya ingat, ayah pria "pacar" Desi adalah Onasis, ayahnya Pak Ande Latief (Tiga Utama) sering ketemu kalau.ada.acara manasik haji. Kebetulan lagi.sekampung

Saya pura2 ikut manasik

Pas ketemu pak Ande, saya tanya gosip putranya dgn si pelantun "Tenda Biru" itu

Dia menolak jawab. Off the record, katanya

Saya bhs Bugis dgn beliau, eh dia mau cerita. Rupanya pendekatan kedaerahan hahaha...

Pulang kantor saya tulis, esoknya naik beritanya.

Pak Ande marah, saya datangi kantor beliau minta maaf, berusaha familiar. Waktu dia bilang, "kemarin saya bilang off the record, koq tetap dimuat?". Betul Pak Ande, tapi itukan dalam bahasa Inggris, wktu saya tanya bapak kan bahasa Bugis, akhirnya beliau ketawa. Bisa pakai kertas, bisa di komputer, bisa di hp. Saya banyak di hp, lbh praktis, lbh cepat bisa dibawa kemana2, sambil tiduran juga bisa.

Kalau idenya mandeg,  tulis aja apa yang terlintas. Nanti kalau betul-betul macet, berhenti, tinggalkan, besok lanjut lagi, biasanya sudah ketemu kata yang macet itu.


Nur menjalani profesi wartawan daerah di Makassar sejak masih kuliah, berlanjut jadi koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Tahun 19…

Bangga dan bahagia sekali saya mendapat kehormatan hadir di sini utk berbagi pengalaman

Dari biodata penulis yang dishare ibu Aam (tks Bu), jelas bahwa pekerjaan saya selama ini menulis

Menulis berita, peristiwa, laporan pandangan mata dari lapangan. Ataus istilah jurnalistiknya reportase

Secara tertulis atau (kadang) dilengkapi foto dari TKP (istilah kepolisian tempat kejadian perkara) ke kantor redaksi koran/media

Kebetulan media saya waktu itu (1980-2014) adalah media cetak (koran)

Baik ketika masih wartawan daerah di Makassar, maupun setelah bergabung di Jakarta sebagai reporter di Harian Terbit (Pos Kota Grup)

Nah, ada perbedaan pola penulisan berita di koran/media dengan menulis bebas utk artikel di media

Tentu beda lagi jika menulis utk karangan ilmiah, skripsi, makalah, tesis atau disertasi

Di media, ada format atau standar baku, yakni berita tdk boleh (dilarang) memasukkan opini penulisnya atau wartawannya

Tapi si wartawan ingin menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, boleh saja. Ada tempat khusus yakni opini, artikel, yang by name...

Utk rubrik artikel di media, sdh disiapkan, baik koran, majalah, tabloid, dll.

Selain wartawan sbg tugas utamanya, rubrik opini ini bisa diisi oleh orang luar. Maksudnya pembaca, sesuai kehalian dan bidang yang dikuasainya.

Utk tulisan ini, ada kompensasi dari redaksi media tsb, berupa honorarium yg besarnya tergantung kemampuan media ybs

 Mrk yg ahli/pakar satu bidang ilmu, bahkan menjadi penulis tetap, yg tentu honornya juga lumayan.

Saat ini media besar seperti Kompas, Majalah Tempo, Republika, Media Indonesia dan beberapa majalah menerapkan standar honor.

Sayangnya dgn datangnya era digital ini, media cetak dan sebangsanya, banyak yang tiarap lalu tidur utk selamanya.

 Kini era berganti dengan online. Satu sisi mengurangi pasar media cetak, sisi lain membuka peluang baru sebagai netizen, atau citizen jurnalism.

Media Informasi pun makin banyak pilihan. Dulu harus ke lapak K5, lampu merah, pengecer, agen utk dapat membeli koran/majalah, skrg cukup dgn gadget atau hp, dunia sudah terbentang luas. Itu sekedar perkenalan sekitar dunia yang saya geluti selama ini sejak 1980-an

        Luar biasa sekali materi perkuliahan malam ini, sehingga membuat saya pribadi semakin semangat dan tertantang untuk menyiapkan tulisan buku solo saya yang nantinya akan saya kirim ke penerbit. Semoga dapat terlaksana dengan baik. 

 

Salam Literasi

 

 

 

 

Jumat, 04 Desember 2020

STRATEGI PEMASARAN BUKU SAAT PANDEMI COVID-19

 

 

 


            Malam ini, Jum'at, tanggal 6 November 2020, dengan  narasumber  Bapak Agustinus Subardana. Beliau adalah Direktur Pemasaran Penerbit Andi Yogyakarta. Menurut Bapak Agustinus buku merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan sarana utama bagi proses pembelajaran serta sarana  penyampaian informasi. Sejak usia dini, anak–anak telah diperkenalkan pada buku dan diajarkan untuk membaca beraneka ragam terbitan buku.

        Dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang cerdas dengan minat baca yang tinggi khususnya anak-anak, pemerintah mendorong kegiatan membaca sebagai wujud dukungan dan tindakan nyata dalam membangun budaya membaca sejak dini. Dukungan pemerintah terhadap budaya membaca buku dan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap buku, menciptakan peluang usaha bagi pengusaha yang bergerak di bidang penerbitan buku.

            Perkembangan industri penerbitan buku juga dipicu oleh alasan keuntungan (profit margin) yang relatif besar dibandingkan industri lainnya khususnya barang konsumsi. Saat ini terdapat 1.328 penerbit yang terdaftar sebagai anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dengan jumlah penerbit aktif sebanyak 711 penerbit, dan sisanya sudah tidak aktif lagi.

        Tak terduga awal bulan Maret tahun 2019 ini telah datang wabah Virus Corona 2019 / Covid 19 yang menyebabkan makin terasa berat dalam perekonomian dalam negeri, terutama dari sisi konsumsi, korporasi, sektor keuangan, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dampak dari mewabahnya Covid 19 ini dirasakan betul oleh berbagai macam sektor, tidak terkecuali sektor usaha yang terkena dampak langsung akibat dari mewabahanya Covid 19. Adapun imbas yang dirasakan oleh pelaku usaha Penerbitan Buku seperti menurunnya pendapatan dan terganggunya kegiatan usaha dari pelaku usaha penerbitan Buku tersebut.

        Dampak Penjualan  Buku Selama COVID 19 sangat dirasakan betul oleh pelaku usaha bidang Penerbitan Buku . Dampak yang kami alami sebagai pelaku usaha Penerbitan Buku yaitu simak dalam rekaman saya ini :

Dampak penerbit sangat menurun selama covid-19 sejak bulan Maret hingga November 2020 ini. Toko buku juga sangat sepi dari pengnjung sehigga omset menurun sampai 60%. sehinga penerbit juga menurun dalam produksi buku. Pemasaran buku yang direc seling sementara ini juga tidak dapat bertemu langsung ke pihak sekolah dan perguruan tinggi sehingga juga omset menurun.


contoh ; toko buku tanpa ada pengunjung selama covid 19 di bulan Maret - Mei 2020


            Gambar di atas menunjukkan Grafik Penurunan Penjualan Buku di Gramedia selama pendemi Covid 19 dengan ulasan dalam rekaman suara sebagai sebagai berikut. Berdasarka grafik di atas, di awan bulan maret sudah mulai terjadi penurunan  jumlah penjualan buku di toko gramedia, dan di tahun 2020 ini sudah muilai merangkak naik walaupun belum signifikan, karena masyarakat masih khawatir dengan keadaan negara kita selama pandemi ini.

           Maka dari itu dalam rangka untuk mempertahankan Industri Penerbitan Buku , selama pandemic Covid 19 ini supaya tetap terus hidup dan dapat mencapai hasil penjualan buku yang maksimal maka kita perlu  strategi pemasaran. Srategi Pemasaran biasanya hampir dipakai oleh semua wirausaha, intreprenur yang menjalankan bisnis.

        Strategi pemasaran penjualan buku sangat dipengaruhi oleh banyak aspek dan unik . Kenapa demikian , hal ini dapat dilihat dari jenis – jenis buku yang di terbitkan. Jenis – jenis buku yang di terbitkan tersebut dikelompokkan menjadi katagori buku. Salah satu contoh Penerbit ANDI Offset menerbitkan buku cukup banyak katagori produk yaitu ada 32 katagori produk buku ( Katagori buku Anak, buku Bisnis, Buku Pertanian, Buku Fiksi - Novel, Buku Pengembangan Diri, Buku Teks , dll ).

        Dari jenis-jenis katagori buku tersebut disinilah kita akan melakukan pemetaan berdasarkan segmentasi jenis katagori buku yang diterbitkan . Pada umumnya kegiatan pemasaran buku berkaitan dengan berkoordinasi beberapa kegiatan bisnis .  Sehingga strategi pemasaran pada umumnya di pengaruhi oleh faktor yang meliputi :

1. Faktor Mikro yaitu perantara, pemasok, pesaing dan masyarakat.

2. Faktor Makro yaitu demografi-ekonimi, politik-hukum, teknologi-fisik dan sosial-budaya.

        Saat ini  dalam menjalankan bisnis Penerbitan Buku yang sedang  terus dijalankan masuk dalam faktor keduanya yaitu Faktor Mikro dan Makro. Hal ini dikarenakan Penerbit ANDI Offset sudah termasuk Industri Penerbitan buku, dengan usianya sudah mencapai 40 tahun dan telah menerbitkan buku lebih dari 15.000 judul buku yang telah di kelompokkan menjadi 32 katagori (dapat di kunjungi ke website kami : www.andipublisher.com ).

        Strategi pemasaran buku, serangan darat on line dan ofline. Dua stratetgi tersebut dapan dijelaskan secara singkat sbb: strategi penjualan buku secara serangan udara (on line) ini perlu pentingnya transformasi digital.

 A. Strategi Pemasaran Buku Serangan Udara. (On Line )

1. Pentingnya Transformasi Digital

        Dampak dari pandemi COVID-19 telah mengubah dunia menuju era Low Touch Economy. Era ini ditandai dengan interaksi antar individu yang minim sentuhan fisik atau low-touch, keharusan mengecek kesehatan dan keselamatan, perilaku yang baru hingga pergeseran di sektor-sektor industri., terutama sektor Industri Perbukuan. Perubahan ini tentu akan berdampak ke banyak hal, mulai dari tempat bekerja, Cara belajar – mengajar ,  kehidupan keluarga hingga aktivitas sosial. Strateginya yang utama yang kita pakai adalah Digital Marketing dalam melakukan transformasi mendasar pada bisnis penerbitan buku .

        Adapun Manfaat Digital Marketing antara lain dalam penjelasan berikut ini:

  • Kenapa  menggunakan digital marketing ini, karena  biaya nya murah dan jangkauannya juga mudah, sampainya ke masyarakat juga cepat dan mudah.
  • Saat ini yg masih ngetren dan banyak dipakai banyak orang yaitu berpromosi lewat online dan media lainnya. langkah awalnya dengan membuat website, sehingga dapat direncakan dan dapat mengesi banyak produk, harga murah dan testemoni juga gampang kita tampilkan.
  • Untuk penjualan buku lewat Online ini kita harus terus proaktive untuk terus promosi, supaya kita dapat :

- Menyebarkan informasi produk secara masif kepada target pasar potensial

- Mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada  sehingga kesetiaan  konsumen terjaga.

- Menjaga kesetabilan penjualan saat kondisi pasar lagi lesu

- Menaikan penjualan dan profit

- Membandingkan dan keunggulan produk dibandingkan dengan pesaing

- Membentuk citra produk dibenak mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan

- Mengubah tingkah laku ( yang kurang minat beli, menjadikan tertarik beli )

 persepsi dan pendapat konsumen.

        Media Online yang dapat kita lakukan untuk promosi dan penjualan buku yaitu sudah tidak asing lagi dibenak Bpk Ibu sekalian yaitu lewat telepon, w.a, sms, email, telegram, FB, Instragram, youtube, dll. Team pemasaran On line penerbit ANDI Offset mempunyai 20 staf tenaga pemasaran khusus menjangkau lewat dunia maya / on line . Kami Penerbit ANDI juga memasarkan buku lewat marketplace yang telah di tunjuk oleh Kemendikbut R.I melalui blanja.con, blibli.com dengan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah) guna mendukung pengadaan barang dan jasa (PBJ) di sekolah melalui penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler. "Inovasi dan elektronifikasi sektor PBJ merupakan suatu keniscayaan. Hal ini juga sesuai dengan amanat dan kebijakan pemerintah untuk penguatan tata kelola keuangan pendidikan melalui Perpres PBJ Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018,"

2. Pemasaran Buku Lewat Komunitas

        Kita tentunya punya komunitas masing – masing sesuai dengan kapasitas kita untuk membentuk komunitas dan relasi, maka gunakanlah jaringan komunitas kita untuk sarana promosi dan penjualan buku. Penjualan lewat komunitas  akan lebih efektive dan efisien sehingga tingkat keberhasilan nya lebih tinggi penjualan buku yang kita tawarkan. Kuncinya kita harus proaktive komunikasi dan interaksi dengan komunitas serta dapat menjaga integritas pribadi kita.

     Penerbit ANDI juga terus mengadakan aktifitas pemarasan lewat komunitas dengan mengadakan webinar lewat link  Zoom , Live Youtube TV. ANDI, dengan tema – tema yang menarik.

 

B. Strategi Pemasaran Buku Serangan Darat (OF LINE ).

        Untuk menguasai seluruh wilayah nusantara ini dalam penetrasi pasar buku , kita harus melakukan pemetaan wilayah dengan membuka cabang tiap kota besar yang potensi pasarnya sangat baik. Kami Penerbit Andi telah mempunyai 42 cabang di kota dari Aceh s.d Papua, dengan menempatkan tenaga pemasaran di tiap kantor cabang tersebut. Strategi pemasaran buku serangan darat ini kita kelompokkan berdasarkan target pasar yang kita tuju , antara lain :

1.Toko Buku

       Penerbit Buku yang mampu memproduksi sendiri dan mempunyai mesin percetakan sendiri , sebagian besar sebagai pemasok Toko buku di Indonesia. Untuk bisa masuk dan sebagai pemasok rutin di toko buku maka  kita perlu pemetaan jenis toko buku. Toko buku ini kita petakan menjadi tiga jenis yaitu Toko Buku Modern, Toko Buku Semi Modern, dan Toko Buku Tradisional.

       Kenapa kita perlu petakan jenis toko buku tersebut , hal ini dikarenakan tiap jenis toko buku tersebut mempunyai sistem administrasi dan tempat yang berbeda.  Contoh toko buku modern yaitu Gramedia Books Store, Gunung Agung Books Store dan TogaMas Books Store. Toko Modern ini mempunyai sistem transaksi mengikuti perkembangan teknologi yang dapat dikendalikan dengan sistem centralisasi dan sebagainya.

        Adapun toko buku semi modern biasanya masih dikendalikan dan mengunakan sistem administasi penjualan per toko . Sedangakan Toko Tradisional biasanya sistem transaksinya masih manual. Untuk itu saluran toko buku tersebut di atas masih dijadikan jalur distribusi oleh para Penerbit buku dengan sistem titip jual / konsinyasi, kecuali toko buku tradisional diberlakukan kredit dan jual putus.

        Strategi Promosi di toko buku Modern ada berbagai macam cara yang perlu kita lakukan, antara lain sebagai berikut .. mohon di dengarkan suara saya ini. Strategi promosi di toko modren terutama  display buku menonjol, biasanya banyak dicari orang dan pengen membacanya. Memasang produk promo deng berbagai macam produk yg ada di toko, atau lewat buku tsb. Bedah buku

3. mengadakan iven tematik mis, program perpajakan

4. Pro aktif dengan pihak internal toko buku dengan menyapa, berikan pelayanan dengan senyum dan servis yg sebaik mungkin

 

                                             Contoh display buku di Toko gramedia.

Contoh Promo tematik khusus buku pertamanan dengan memberikan discount 20% ke konsumen


Tema Program buku Perpajakan di Gramedia saat ini.

2. Directselling / kunjungan langsung

        Pemasaran Buku melalui Directselling ini kita petakan berdasarkan jenis katagori buku yang kita terbitkan . Jenis Katagori buku penjualan lewat Directselling ini kita bagi menjadi beberapa target pasar yaitu :

  • Buku Pendidikan (Buku mata pelajaran Utama dan buku pendamping untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK).
  • Buku Teks Perguruan Tinggi untuk semua mata kualiah
  • Buku Referensi untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA-SMK , Perguruan Tinggi dan umum

 3.  Melakukan Event – Event

        Aktive dalam melakukan event – event  seperti event Pameran buku, dalam seminar, workshop, Tryout, dan sebagainya.

         Demikian yang dapat saya sampaikan Strategi pemasaran buku secara singkat , dan masih banyak lagi strategi pemasaran buku yang terus berkembang. Akhir kata kami sebagai “Tenaga pemasarann buku sangat bangga sebagai ujung tombak dalam menyebarluaskan karya – karya tulisan ilmu pengetahuan yang sangat berdampak sekali melalui jalur non formal ikut serta dalam  menceraskan kehidupan bangsa Indonesia”.

        Menurut Pak Agus penerbit ANDI mempunyai idealisme dan penilaiannya sangat besar sekali dalam hal sisi kontennya, sisi  pasarnya, reportasinya penulis, idealis itu sangat kami pegang sekali,  untuk lebih jelas bisa baca blogspot pak agus di situ ada semua tentang idealis penerbit ANDI.

         Berdasdarkan pertanyaan dari peserta Pak Agus menjelaskan bahwa display buku beda dengan bazar buku,  krn kalo bazar itu sesuai iven tertentu, ttp jika dsiplay bnuku itu dalam hal obral karena buku sudah lama dan  biasanya di luar toko diletakkan.

           Urutan sistematika  buku pendidikan: menguasai bahan yang akan ditulis, misal buku pelajaran kimia sesuai kurikulum yang berlaku, karena itu bidang kita sendiri agar materinya bagus. Minat dari penulis sendiri sesuai minat yg dikuasai

        Penulis dengan Penerbit memiliki kedudukan setara; secara umum Penulis memandang Penerbit bertindak sebagai intermediary karya-karya yang akan disampaikan kepada masyarakat, sedangkan Penerbit memandang Penulis sebagai aset penting perusahaan yang menyebabkan proses penerbitan tetap berlangsung. Silahkan dibaca informasi penting ini buat anda yang ingin menerbitkan bukunya di https://literasikangagus.blogspot.com/2020/05/prosedur-penulisan-buku.html

        Luar biasa sekali materi perkuliahan malam ini, sehingga membuat saya pribadi semakin semangat dan tertantang untuk menyiapkan tulisan buku solo saya yang nantinya akan saya kirim ke penerbit. Semoga dapat terlaksana dengan baik.

 

Salam Literasi