Selasa, 19 Januari 2021


 

 Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. Beliau adalah salah satu guru di SDN No.30 Kota Gorantalo, Provinsi Gorontalo. Lahir di Sidodadi, 14 juni 1978. menikah dengan Amir Hamzah, S.P dikaruniai 3 orang putri dan 1 putra.

Buku karyanya seprti Kwartet Media Bermain dan Belajar (2018) dan Buku ekspektasi VS Realitas (2019) selain itu juga ada buku karya BERSAMA DENGAN JUDUL Design Thinking membangun Generasi Emas dengan Konsep Merdeka Belajar (2020)

Berikut profil singkat ibu Jamila: https://encikmila.blogspot.com/2020/11/profil.html

Menurut Bu Jamila salah satu bentuk pengembangan diri dan mengeksplore kompetensi kita adalah dengan cara bergabung dalam satu komunitas positif seperti WA Grup Belajar Menulis. Bukan tanpa alasan, tentunya setiap kita yang bergabung disini punya harapan yang ingin dicapai. Terkait dengan hal tersebut maka hal yang ingin di share malam itu tentang : Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi

Kata “ekspektasi” tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang di inginkan dalam hidup. Sebagai contoh, ekspektasi kita Ketika bergabung dalam grup ini adalah ingin menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita. Ekspektasi tak seindah kenyataan. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dalam tulisan buku ke-2 beliau yang diterbitkan pada tahun 2019.

Dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah. Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar. Diantaranya :

1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?

2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?

3. Apakah tulisan saya menarik?, dls.

Kemudian Bu Jamila menambahkan bahwa mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para penulis pemula seperti beliau katanya. Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.

Bapak Ibu yang super hebat. Sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan. Kedua hal ini dibahas secara detail dalam bukunya yang ketiga hasil kolaborasi bersama Prof. Eko Indrajit yang Alhamdulillah diterima dan diterbitkan oleh Penerbit Andi.

Pengalaman BU Jamila dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun tekad  dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang beliau juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil. Untuk itulah beliau selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang susah payah saya bangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah.

Saat menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikirannya. Berbagai pemikiran negatif menghantui, namun berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasinya berubah menjadi sebuah prestasi. Saat Pak Joko mengumumkan bahwa tulisan beliau lolos tanpa revisi, ia seolah tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa tulisan yang menurut penilaian pribdi hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa.

Dari pengalaman ini Bu Jamila belajar beberapa hal dalam menulis:

1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.

2. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.

3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan

4. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.

5. Menulis jangan terlalu lama.

6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai

            adalah pembaca

Bapak ibu yang super hebat. Biasanya, kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis. Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Misal: tentang hobby memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu anak-anak kita.

Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dan lain sebagainya. Setiap kalimat yang terlintas segera di tulis. Beliau  biasanya menulis di HP. kadang saat tidak pegang HP, ia akan menuliskan di benda apa saja yang ditemui. Pernah ia nulisnya di telapak tangan, pernah juga di paha, he he luar biasa menurut saya pengalamaannya dalam menulis.

Hal yang paling sulit untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak punya hobby menulis. Kata orang hanya "Iseng-iseng" atau ikut-ikutan. Tidak masalah, jika kita tidak memiliki hobby, bukankah rasa iseng jika terus dilatih bisa menjadi suatu ketrampilan?

Be.liau termasuk orang yang menulis tergantung mood. Ini sangat berat ia rasakan ketika menerima tantangan Prof. Eko.  Rasanya bulan dan matahari berpindah tempat. Disaat seperti inilah ia menguatkan tekad dan niatnya untuk mencapai realitas. Jadi, menulis itu adalah sebuah perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat.

Hal yang menjadi fokus beliau dalam menulis adalah kata TUNTAS. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir 1.000 kali tentang apa yang sudah kita tulis. kita akan berpikir untuk edit dan edit lagi. akhirnya tulisan kita tidak tuntas.

Berdasarkan pertanyaan peserta menulis beliau berbagi beberapa tips yang ia gunakan dalam merangkai kata cukup sederhana. yaitu menggunakan kata apa saja yang terlintas dalam pikiran nya. Kata-kata yang digunakan tidak harus kata-kata rumit. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh orang lain.

Dan dilanjut dengan pertanyaan Bu Tini, Terkait  dengan tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri yaitu mood dan niat, namun yang ia rasakan  paling besar adalah kemampuannya, Ini yang sering menghabiskan waktu lama ketika menulis Perlu waktu lama bagi nya untuk mengasah kemampuan itu.

Saya sering terjebak kebuntuan bila menulis kemudian menilai ada ngak manfaatnya bagi orang lain, layak nggak ditulis, Karena untuk sekarang ia baru bisa menulis what to write dan belum what is it for. Jadi rasanya masih jauh panggang dari api tentang ekspektasi itu.

Hai Bu Tini. Menarik sekali pertanyaannya. Memang kendala terbesar dari diri kita sendiri bisa bermacam-macam. Masalah yang dihadapi Ibu terkait dengan kemampuan itu disebabkan karena bu Tini menulis dengan beban. Beban tentang baik buruknya tulisan kita. Cobalah menulis seperti yang sudah ia paparkan tadi. Menulis secara lepas dan bebas. Lepas dari beban terkait penilaian orang terhadap tulisan kita, sehingga kita bisa bebas mengekspresikan diri kita dalam tulisan.

Dilanjutkan dengan pertanyaan bu Yanti Ambarawa. Bagaimana proses kreatif ibu sehingga bisa menghasilkan sebuah buku dalam seminggu?

Salam kenal balik Bu Yanti. Semoga selalu semangat dalam menulis. Proses kreatif yang ia lakukan dalam menghasilkan buku tidak terlepas dari kegiatan membaca. Jadi, menulis dan membaca ibarat dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik. Menghasilkan buku dalam seminggu terdengar mustahil. Prosesnya jungkir balik, hingga siang dan malampun ikut terbalik. Hal pertama yang ia lakukan di awal adalah mencari menentukan judul dan kerangka tulisan. lalu berburu referensi sambil menyusun paragraf demi paragraf. Ya itu tadi, pokoknya tuntas dulu semua bab, terakhir sesi editing.

Nendisyah Putra, dari Pulau Banyak Barat. Bertanya: untuk di jaman Milineal saat ini,bagaimanakah mempublikasikan buku kita yang sudah di cetak, agar klayak ramai banyak yang membaca dan meminati nya?

Bu Jamila menjawabnya sebagai berikut: Di Jaman sekarang, publikasi sangat dipermudah karena ada begitu banyak jejaring sosial yang bisa kita manfaatkan. Disamping menawarkan door to door, kita bisa posting melalui WA, Instagram, FB, Youtube, dll. jangan lupa buat flyer + kata-kata menarik dan foto ekslusif, seperti orang jualan gitu. Namanya juga menawarkan. Yang penting harus jujur dan tidak ada kebohongan publik dalam iklan buku kita

Marinan dari kabupaten Tangerang, juga bertanya; Bagaimana cara merangsang potensi diri kita, sehingga potensi itu bisa merangsang pikiran. Dan bagaimana caranya penulis pemula  bisa merangsang setiap pemikiran atau penglihatan yang dilihat itu menjadi sebuah tulisan.

Baik ibu, berbicara tentang potensi diri. Kembali lagi ke 2 hal yang harus kita ubah dalam hidup kita yang sudah ia jelaskan di atas. yaitu Mindset dan passion. saat keduanya seiring sejalan, dengan sendirinya kita akan happy enjoy dalam menulis. Mulailah dengan melihat apa saja yang ada di depan kita, lalu cobalah untuk mendeskripsikannya. Saat jemari kita mulai menulis, maka ide lain akan datang dengan sendirinya. Kuncinya adalah percaya diri. Setiap kita memiliki potensi, dan potensi kita perlu di asah agar menjadi kompetensi.  Terima kasih. N

Budi Idris dari SMA N 2 Kotapinang kab. Labuhanbatu Sumatera Utara, Apakah dalam menyelesaikan naskah buku ibu melibatkan orang lain untuk edit naskah ibu? Sebelum dikirim ke penerbit?

Menurut Bu Jamila, proses editing bisa dilakukan sendiri dan dapat pula menggunakan jasa orang lain. Untuk buku yang ia tulis, sebelum di kirim ke penerbit beliau melakukan swasunting/edit sendiri. Kita tidak perlu khawatir masalah editing, karena biasanya pihak penerbit juga melakukan editing sebelum buku tersebut naik cetak.

Hal yang sering mengganggu bahkan bisa sebagai pemupus harapan dalam menulis. “Jadikan menulis sebagai suatu  kebutuhan”. Bli Made , Bali, menanyakan bagaimana pandangan Bu Jamila berkaitan dgn budaya baca tulis kita secara umum.yang masih rendah, sehingga bisa menulis sbg kebutuhan ?

Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca. Perasaan ini sering mengganjal diri saya, sehingga sering selesai menulis menjadi mentok akibat menanggung rasa malu akan hasil karya kita. Apa resepnya agar bisa keluar dari zona tidak nyaman itu.

Bu Jamila menjelaskan: secara nasional, memang minat dan budaya baca kita masih rendah. Disinilah peran kita sebagai guru, orang tua,  dan orang yang peduli dengan kependidikan untuk kembali membangun budaya membaca generasi kita yang selalu pasang surut. Membaca dan menulis adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. semakin suka membaca, maka semakin mudah menulis. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan, artinya kita menjadikan membaca sebagai makanan kita.

Agar kita bisa keluar dari zona tidak nyaman, menulislah seperti air mengalir. Maksudnya tulislah apa yang ingin kita tulis. Abaikan penilaian orang tentang tulisan kita. Biarkan tulisan tersebut selesai kita tulis secara tuntas, lalu biarkan orang lain menilai. Karena penilaian orang lain biasanya lebih baik dari kita. Yang Bli rasakan pernah ia alami. Saat menulis buku ke-3 ia adalah orang yang paling tidak percaya diri dengan tulisan nya. Tulisan nya berbeda dengan semua tulisan teman-teman. Ia tidak tahu jenis tulisan, apalagi yang namanya gaya selingkung. Ia baru tahu, saat  mempresentasikan buku nya, dan diberi apresiasi luar biasa oleh Prof. Eko.

Curhatan Pak Didi,dari Serang, terkadang ia sudah memiliki ide/tema menulis tapi  suka bingung mau menulis dari mana dan pengetahuan akan tema tersebut masih minim padahal ia sangat tertarik untuk menulis hal tersebut. Bagaimana solusinya?

Bu Jamila memberikan masukan sebagai berikut: Punya ide, tapi bingung mau mulai menulis dari mana. Jangan bingung, mulai saja menulis dengan kata yang terlintas dalam pikiran, jangan memikirkan tulisan ini cocoknya di pendahuluan, atau di bab 1, dst. Tulis dan tulis saja setiap kita punya ide. saat kita benar-benar bingung dalam menulis, maka berhentilah menulis dan membacalah. Saat kita membaca, kita akan menemukan kembali ide yang terbang entah kemana. Saat ide itu muncul, jangan ditunda segeralah ditulis.

Dasirah dari SDN Pancur-Rembang. Jateng. Juga minta pencerahan dari  Ibu Jamila bagaimana membuat judul tulisan yg baik, sehingga mampu menarik pembaca . Mohon tipe dan triknya.

Bu Jamila pun menjawab dengan baik, Membuat judul tulisan yang baik, sebenarnya sangat bergantung dari minat. Kita cenderung sukanya menulis di bidang apa. Kita suka menulis fiksi atau non fiksi. Untuk memilih judul tentunya kita perlu referensi terkait konten yang akan kita tulis. Kita bisa browsing di internet sambil melakukan inovasi untuk judul yang kita buat. semakin banyak referensi judul yang kita lihat maka akan semakin baik judul yang kita tulis. untuk referensi tipe-tipe judul, silahkan intip di sini https://marketingcraft.getcraft.com/id-articles/7-tipe-judul-artikel-untuk-meningkatkan-traffic-blog-anda

Kemudian Dewi dari SMPN 142 Jakarta Barat juga ikut bertanya. Sejak kapan awal mula Bunda Jamila menulis buku? Tips-tips apa saja agar kita  tidak merasa bosan dalam menulis? Dan dari mana saja ide-ide yang Bunda Jamila tuangkan untuk sebuah tulisan?

Bu Jamila: Awal menulis buku tahun 2017. adapun tips yg saya lakukan dalam menulis agar tidak bosan sudah saya uraikan sebelumya. Ide menulis bisa datang dari mana saja. Kebanyakan dari lingkungan sekitar.

Iis Safuroh dari cisnjur tidak mau ketinggalan. Bagaimana agar usaha kita untuk menghasilkan karya juga karyanya menjadi menarik sesuai ekspektasi? Apakah jenis buku yang menarik itu harus berwarna misalnya atau pembahasannya yg up trending begitu?

Menurut Bu Jamila agar karya kita menarik sebelum menulis buku kita harus cari tahu hal/isu yang menjadi trending topik dan tidak akan ketinggalan jaman. dipertemuan sebelumnya sudah dijelaskan oleh Pak Joko tekniknya.

 Suyati dari Purbalingga, juga bertanya NBagaimana mengatasi keinginan mengedit tulisan kita padahal tulisan belum selesai? Dan berada di lingkungan pendidikan kita dituntut menulis dg kaidah bahasa yg benar. Ini kadang membayangi saat kita mengeluarkan ide-ide. Merasa tidak pada dan kurang pas sehingga jadi macet. Bagaimana mengatasinya?

Menurut Bu Jamila hal yang perlu kita lakukan adalah berusaha fokus di halaman-halaman berikutnya. Tahan diri semaksimal mungkin untuk tidak membuka/membaca halaman yang sudah kita tulis. Terkait kaidah penulisan, saat menulis abaikan saja dulu. Nanti akan ada saatnya kita mengedit ketika tulisan kita sudah benar-benar tuntas.

 Mohon berikan kiat-kiat  sukses supaya bisa menghasilkan tulisan yang  menginspirasi saya dan juga teman-teman.

Kiat  yang Bu Jamila Intinya ubah mindset, passion, bangun tekad, kuatkan niat, dan harus konsisten menulis. jangan lupa banyak membaca. sering-sering blog walking

Sudomo dari SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat mengajukan pertanyaa seperti ini bagaimana cara Ibu menghargai dan merayakan keberhasilan dalam menerbitkan buku? Dalam penerbitan buku, apakah Ibu pernah memiliki ekspektasi yang tidak sesuai harapan? Bagaimana cara Ibu mengatasinya? dan Mohon pencerahan tentang cara yang bisa kita lakukan untuk menularkan hobby menulis kepada rekan sejawat di sekolah?

Alhamdulillah Bu Jamila selalu berucap syukur kepada Allah, karena tidak pernah menyangka ternyata bisa menulis seperti sekarang. sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. setiap keberhasilan ia tidak pernah merayakan secara wah, hanya tunduk sujud saja kepada sang khalik atas semua nikmat yang diberikan. Dalam hal ekspektasi menerbitkan buku tentu saja pernah merasakan yang tidak sesuai harapan. cara mengatasinya kembali kepada : bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanyalah milik Dia. cara kita menularkan hobby menulis  yang paling efektif adalah dengan bukti. Tunjukkan bahwa kita bisa berkarya, dan merekapun bisa seperti kita. tidak ada hal yang tidak bisa, dan tidak ada hal yang tidak mungkin.

Kesimpulannya : Menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita

Luar biasa sekali materi perkuliahan malam ini, sehingga membuat saya pribadi semakin semangat dan tertantang untuk menyiapkan tulisan buku Solo saya yang nantinya akan saya kirim ke penerbit. Semoga dapat terlaksana dengan baik.

Alhamdulillah materi malam ini membuat saya lebih semangat lagi dalam belajar menulis.

Salam Literasi

 

 



Ditta Widya Utami, S.Pd. adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, penulis juga aktif di bidang literasi. 

Riwayat Pendidikan :
SDN Cipeundeuy Subang (1996-2002), SMPN 1 Cipeundeuy Subang (2002-2005), SMAN 1 Purwakarta (2005-2008), dan Pendidikan Kimia UPI (2008-2012)

Buku Karya Tunggal :
Lelaki di Ladang Tebu (2020), sebuah antologi cerpen pendidikan (silahkan cek Instagram @dittawidyautami untuk melihat testimoninya)

Buku Karya Bersama :
1. Jejak Langkah Guru Subang (2019) - kumpulan best practice, MGMP IPA Subang
2. Guru di Ladang Ilmu (2019) - kumpulan cerpen karya guru, Komunitas Pengajar Penulis

Jawa Barat (KPPJB)
3. Sepenggal Kisah di Ruang Cipta Pentigraf (2020) - KPPJB
4. Dari Mata Air Hingga Muara (2020) - Literasi Subang Bihari dan Berwibawa   

(Lisangbihwa)
5. Pelangi Jiwa (2020) - kumpulan kisah inspiratif, KPPJB
6. Pena Digital Guru Milenial (2020) - kisah para guru blogger, PGRI

7. Menyongsong Era Baru Pendidikan (2020) - bersama Prof. Eko Indrajit 

Komunitas Yang Diikuti :
1. MGMP IPA Subang Komisariat Kalijati (Sie. Bidang Kerja Sama dan Humas)
2. PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)
3. KPPJB (Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat)
4. Lisangbihwa (Literasi Subang Bihari dan Berwibawa)

5. GLN Gareulis Jabar Tingkat Kabupaten Subang 

Mari berteman dengan penulis :
Email : dittawidyautami@gmail.com
YouTube : ditta widya utami
Instagram/Twitter : @dittawidyautami
LinkedIn : Ditta Widya Utami

Kirimkan Ini lewat Email

Guru yang satu ini sangat merendah menurutnya ia hanya sebutir pasir yang banyak dijumpa. Masih harus banyak belajar dan belajar banyak. Berbagi adalah salah satu cara ampuh untuk belajar. Oleh karena itu, ia sungguh berbahagia bisa berbagi bersama Bapak dan Ibu semua dalam grup menulis Om Jay.

Berikut adalah profil singkat nya :

https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1

Selain blog, Bapak dan Ibu bisa menemukan saya di instagram :

https://www.instagram.com/dittawidyautami/

atau di channel YouTube ditta widya utami

http://www.youtube.com/dittawidyautami

Ada 2 hal yang ingin ia sharing bersama kami Bapak dan Ibu hebat menurutnya, yaitu terkait menulis dan menerbitkan buku.

 

“Bagaimana Memulai Menulis”

 Semua mungkin sepakat bahwa menulis tak bisa lepas dari keseharian kita. Setiap hari, mungkin kita terbiasa menulis balasan chat di media sosial. Menulis jurnal harian mengajar. Menulis feedback untuk tugas siswa. dsb.

Tapi, ketika harus menulis buku. Menulis di blog. Rasanya seperti berlari sprin yang tiba-tiba menghantam tembok. Atau bertinju yang tiba-tiba KO. Atau bermain catur yang langsung skakmat. Entah apa yang terjadi, seolah semua ide lenyap begitu saja. Tangan tiba-tiba tak bisa menulis. Bahkan lidah pun terasa kelu.

Tenang Bapak/Ibu. Katanya ia pun pernah mengalaminya. Lalu, bagiamana cara mengatasi hal tersebut?

Ada beberapa tips yang pernah ia lakukan dan mungkin bisa diterapkan pula oleh Bapak dan Ibu, yaitu :

1. Ikut kelas menulis

2. Ikut komunitas menulis

3. Ikut lomba menulis

4. Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita

5. Menulis apa saja yang kita suka

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis. Contohnya kelas menulis bersama Omjay. Selain mendapat ilmu, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga. Selain mendapat ilmu, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga.

https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/hadiah-kejutan-dari-pgri.html?m=1

Tulisan ini mengabadikan ingatannya ketika mendapat hadiah kejutan berupa buku dari PGRI karena salah satu resume yang telah ia buat.

https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/kisahku-dan-kurma-muda.html?m=1

Sedangkan tulisan ini adalah tulisan yang mengantarkan iya mendapat sepaket kurma ruthob dari KSGN dan PGRI.

Nah, tips kedua yaitu ikut komunitas menulis juga dirasa perlu. Karena dalam komunitas itulah kita bisa berbagi tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah.

Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Terlepas apakah komunitas tersebut dibuat khusus untuk guru ataupun umum.

Tips yang ketiga adalah ikut lomba. Ini cocok bagi siapa pun yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita bisa belajar membuat tulisan dengan berbagai tema dalam waktu yang tentunya sudah terjadwal. Ia juga pernah sekali dua kali mencoba, alhamdulillah belum menjadi juara. Hehe, tapi justru dari situ kita akan sadar dimana letak kekurangan kita. Sehingga dikemudian hari, kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik.

Tips berikutnya jika masih merasa sulit menulis adalah tulis saja apa yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini.

Dulu saat menjadi binaan Omjay di Kelas Menulis Gelombang 7, Omjay rutin mengirim foto setiap hari untuk diubah menjadi tulisan. Ada foto ketoprak, gorengan, kucing, rempeyek, wah macem-macem! Pokoknya dari foto itu harus jadi tulisan minimal 3 paragraf. Seru dan sekaligus membuktikan bahwa memang benar apa saja yang ada di sekitar kita bisa kita ubah menjadi tulisan loh!

Jika belum mempan, mari buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari. Itu pun tak apa. Yang penting nulis agar kemampuan kita semakin terasah. Misalnya tulis saja kisah mencari tanaman keladi putih di hutan demi gratisan atau untuk istri tercinta atau saat hiking dsb.

Tips kelima yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya bakal awet. Bapak/Ibu senang berkebun (lagi booming lagi nih ya menanam bunga), silakan tulis tentang berkebun. Atau Bapak/Ibu senang memasak? Silakan berbagi dengan jenis teks prosedural resep memasak, dsb. Pokoknya tulis apa yang kita suka dan kita kuasai.

Ketika ingin menulis, tentu kita butuh medianya. Bagi saya, menulis itu bisa kita lakukan di : Blog, Buku harian, HP/Laptop,,atau platform menulis online seperti wattpad dan storial. Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis. Menulis dimana saja yang penting rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari, seminggu, sebulan, dst.

Menulis buku solo atau kolaborasi?

Nah kalau menulisnya sudah dilakukan dan dirutinkan, tinggal naik tahap deh. Yuk terbitkan bukunya.

Kumpulan tulisan kita di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau hp bisa kita bukukan loh. Banyak alumni menulis bersama Omjay yang sudah membuktikan.

Senang sekali rasanya melihat satu per satu semakin banyak yang membuahkan karya tulis dalam bentuk buku. Tapi, mending menulis buku solo atau kolaborasi ya?

Ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi tentunya. Misal dari tema dan waktu untuk buku solo tentu kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau beresnya. Apakah seminggu, sebulan, menahun?

Sedangkan jika menulis bersama, tentu tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun sesuai yang dijadwalkan. Eanknya kalau kolaborasi dan kita jadi peserta itu, prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dll tentu harus diurus secara mandiri.

Begitu pula dengan biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah. Walaupun buku yang dicetak umumnya sesuai jumlah peserta saja (tapi tak jarang ada juga yang dicetak banyak terutama bila diterbitkan di penerbit mayor).

Ini adalah buku solo pertama Dita. Ditulis dengan penuh cinta karena berisi kumpulan kisah yang terinspirasi dari anak didiknya.

Setiap ada kejadian unik, atau meminjam istilah Munif Chatib yaitu "momen spesial", segera ia catat. Karena ia basicnya lebih senang tulisan fiksi, maka saat ada kesempatan, iya tuangkan dalam bentuk cerpen. Demikian yang di lakukan hingga akhirnya buku ini terbit.

Nah kalau yang ini saya tulis berkolaborasi di bawah asuhan Bu @Sri Sugiastuti Menulis dan Pak @Brian Guru Menulis:


Isinya seputar guru blogger, Oh iya

Izin bertanya pada bunda  cantik, muda, berprestasi lagi.

1. Adakah kita khusus untuk konsisten produktif  menulis?

2. Bagaimana mengusir rasa malas saat hendak menulis?

3. Coba ceritakan kisah ibu tentang menulis buku dengan kolaborasi Prof. Ekoji.

Salam sukses.

Blogger inspiratif.

Nah ini pakar Teknologi Pendidikan yang cetar membahana

Betullll

Pas waktunya berarti ya, sekalian menjawab pertanyaan dari Bunda Hebat dari Lebak Untuk konsisten produktif menulis, biasanya saya terapkan 5 hal ini Bunda

Cari apa saja yang bisa ditulis. Walau hanya 1 paragraf. Di tulisnya bisa di berbagai media yang telah saya sebutkan. Bahkan di status WA sekalipun.

Namun niatkan, agar tulisan kita bermanfaat bagi orang lain.

Kecuali seperti diary, biasanya pengalaman sehari-hari saya tulis agar saya ingat seperti apa Ditta di masa lalu sebagai bahan evaluasi diri.

Untuk mengusir rasa malas, biasanya saya merefresh otak dan hati terlebih dahulu. Bisa dengan melakukan hal yang kita sukai. Atau membaca beberapa buku ringan dan menghibur.

Pengalaman berkolaborasi dengan Prof. Eko adalah salah satu hal yang tak kan terlupa.  Di Gelombang ke-7, Prof Eko saat menjadi narasumber menantang peserta untuk menulis hanya dalam waktu 1 Minggu!

Temanya bisa diambil dari channel YouTube beliau. Saat itu saya sempat berpikir apakah akan mengambil kesempatan ini atau tidak.  Bismillah, akhirnya saya putuskan ikut.

Pada kesempatan itu Min Hermina, SMPN 1 Cikampek Karawang mengajukan beberapa pertanyaan :

1. Bagaimana cara menjaga mood agar tidak malas menulis?

2. Bagaimana cara menyusun tulisan yang terserak di file laptop untuk dijadikan buku?

3. Adakah rekomendasi dari ibu terkait penerbit yg mau menerbitkan buku dg murah, cepat dan bagus ?

Bu Ditta menjawabnya,  Menjaga mood agar tidak malas menulis itu mudah. Tinggal ubah mood kita jadi Heppi,  cara paling mudah mengembalikan mood adalah dengan tersenyum.  Ambillah sebuah cermin, lalu tersenyumlah. Lihat betapa cantiknya Ibu. Betapa luar biasanya ibu. Betapa Tuhan telah menganugerahkan kita akal dan tangan untuk menulis. Jadi, mengapa tidak menulis sekarang?

Kemudian Kumpulkan sesuai tema. Bisa dalam bentuk folder atau file. Misal buku solo pertama saya. Saya sudah siapkan folder khusus berjudul "Buku Ditta". Di dalamnya ada subfolder dan subfile berjudul Buku 1 .... Buku 2 ... dst. Minimal 50-70 hlm kan sudah bisa cetak tuh

Bu Ditta juga menambahkan tentang penerbit yang baik,  Ini mungkin penerbit indie ya. Banyak Bu, saya tidak akan sebutkan satu-persatu. Tapi tips dari saya kalau bisa yang dekat dengan domisili agar lebih mudah dan cepat saat nanti proses pengiriman buku.

Erry Yulia Siahaan, Jakarta, Ibu Ditta, bolehkah diceritakan perjalanan menulis Bu Ditta dari awal? Termasuk kendala dan solusinya.

Perjalanan menulis saya ada di Buku Ini Pak,  bisa menghubungi Bu Kanjeng jika ingin tau lebih banyak.  Intinya ia sudah senang menulis sejak bisa menulis. Dari sekitar kelas 4 atau 5 SD saya sudah terbiasa menulis diary. Di SMP ia menulis untuk Mading sekolah. Pernah juga menulis cerita di buku tulis lalu dipinjamkan ke teman-teman untuk dibaca. Di SMA dan Kuliah ia mulai merambah media sosial dan blog. Sempat membuat grup dimana ia share tulisan-tulisannya. Saat kuliah, tulisannya lebih ke KTI. Ikut lomba KTI Beswan Djarum dan masuk 10 besar regional Bandung, atau ikut lomba mahasiswa berprestasi yang salah satunya membuat tulisan karya ilmiah.

Ada stok 2 buku .siapa cepat dpt

Tidak mau ketinggalan Pak Kainan Punuf dari NTT juga bertanya,  salah satu tips menjadi seorang penulis adalah bergabung dg kelas menulis seperti ini atau komunitas2 menulis, ikut lomba menulis.  Kami di NTT, untuk mncari komunitas seperti itu agak repot sementara kami adalah pemula dalam hal tulis menulis sehingga utk ikut lomba2 juga kecuali online saja. menurut ibu, apa yang harus saya lakukan utk mengatasi hal tersebut sementara saya lebih senang dibimbing secara langsung Bu.

Wow NTT. Semoga suatu saat saya bisa menginjakkan kaki di sana. Ditta yakin di NTT banyak guru yang berprestasi dalam dunia literasi dan tulis menulis. Bila lebih senang dibimbing secara langsung, maka baiknya kita cari kenalan yang senang menulis. Atau, ayo buat komunitas menulis di NTT dan Pak Kainan menjadi ketuanya! Pelopor, penggerak guru menulis NTT seperti Bu Kanjeng dan Omjay yang senantiasa menginspirasi. Dari wadah yang dibentuk, bisa dihadirkan pemateri pemateri dan akhirnya bisa belajar langsung dari narasumbernya. Boleh  juga usulkan di sekolah atau komunitas MGMP misalnya untuk sesekali diadakan latihan menulis (jika kondisi sudah memungkinkan)

Kemudian pertanyaan dari seseorang: Bu terkadang saya sangat sulit untuk konsentrasi  untuk menulis kura2 apakh ibu waktu mnulis fomula sama dengan saya?  Yang sering saya alami ketetika menulis tiba-tiba hilang sehingga insting menulisnya hilang, apakah rumusnya sehingga saya terlepas dari itu semua?

Menurut Bu Ditta ia juga termasuk yang sulit konsentrasi jika suasananya berisik. He he, oleh karena itu biasanya saat menulis ia cari suasana yang tenang dan nyaman. Agar insting menulis tidak hilang, segera catat apa yang ingin kita tulis. Minimal garis besarnya. Oleh karena itu selalu sedia catatan dimana pun dan kapan pun. Atau simpan di hp dan laptop. Atau draft di blog.

Ingat, usahakan tulis garis besar dari apa yang ingin kita tulis dari awal sampai akhir agar meski tidak selesai, kita bisa menuntaskannya di lain waktu.

Tini Sumartini Lebak, ikut bertanya pada saat itu, Pastinya di sekolahnya mengembangkan literasi bukan? Bagaimana upaya yg dilakukan dan mengatasi kendalanya.

Betul bahwa Ditta ikut mengembangkan literasi di sekolah. Salah satunya Ditta tuangkan dalam bentuk mini best practice di buku kolaborasi ini.

Bermula dari program west Java leader's reading challenge (wjlrc) Ditta aktif di literasi sekolah. Mulai dari menghidupkan kembali perpustakaan yang sempat mati suri, Ditta mendata ulang data perpustakaan. Saya lalu membuat jadwal literasi, Menyusun program, mengevaluasi. Yg saya senang ketika membuat jadwal literasi guru, ternyata disambut baik kepala sekolah saat itu. Jadi, tak hanya siswa, saat kegiatan readathon (membaca bersama-sama selama ±40 menit), ada guru dan siswa yang presentasi ttg apa yg telah dibaca. Sedih sebetulnya krn kegiatan itu saat ini terhenti krn pandemi.

Selanjutnya Siti Khodijah JAKSEL, bertanya: Apakah menurun Bu Widi menjadi penulis itu bakat atau suatu Usaha Ikhtiar terus menerus dg belajar? Krn saya melihat diri saya "Ada bakat gak sih?" dapet tantangan dikit ajah langsung melempem.

Menurut saya, keduanya. Ada yang memang diberi bakat menulis, tapi yang terpenting yang mesti kita ingat bahwa kemampuan menulis itu bisa ditingkatkan. Sebagaimana yang Ditta dapatkan dari guru-guru menulis nya, rahasia agar bisa menulis dengan baik adalah dengan banyak membaca dan banyak berlatih. Akan mudah bagi kita untuk menulis jika kita sudah memiliki banyak kosa kata yang kita dapatkan dari kegiatan membaca. Akan mudah bagi kita untuk menulis saat kita sudah terbiasa. "Teruslah menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi", begitu kalau Om Jay bilang. Oh iya hal lain yang juga penting adalah mulailah menulis dari hal hal yang kita sukai dan kuasai. Serta, menulislah dengan hati karena apa yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati pula

selanjutnya Suyati dari Purbalingga Jateng: Izin bertanya kepada Bu Ditta,

1. Bagaimana agar cerpen yang kita buat lancar mengalir seperti sedang bercerita. Kadang macet saat memunculkan dialog.

2. Bagaimana menepati target kita terutama di saat tdk mood menulis? Kl kita melanggar apakah harus ada konsekuensinya/hukuman sbg paksaan.

Baik Bapak/Ibu, sebagaimana yang ditanyakan oleh Bu Kanjeng, bagaimana saya bisa menyukai membaca dan menulis bahkan sejak TK? Ini semua tak lepas dari kasih sayang kedua orang tuanya. Ia masih ingat, bagaimana di malam malam tertentu, kedua orang tuanya senang membacakan buku cerita untuknya.  Tak hanya itu, mereka pun senantiasa memberikan ia berbagai macam buku untuk dibaca. Oleh karena itu ia bersyukur memiliki kedua orang tua yang telah mengenalkannya pada dunia membaca dan menulis. Hingga ia terbiasa menyisihkan uang untuk kemudian pergi ke toko buku di Bandung hanya sekedar untuk membeli buku. Itu pun tidak setiap saat. Hanya ketika ia berkunjung ke nenek saja saat lebaran misalnya.

Jadi, mari Bapak/Ibu atau calon Bapak/Ibu agar kita semua dapat mengambil hikmah dari semua yang kigta lakukan. Jadi tidak heran ya kalau produknya seperti  Bu Ditta

1. Tips saat menulis : selesaikan sampai tuntas tanpa editing. Selesaikan saja dulu meski kita merasa ada yang tak cocok dsb. Karena Proses editing lah yang memakan waktu paling banyak dalam menghasilkan karya. Jika saat menulis namun belum tuntas, lalu kita edit. Wah, bisa bisa tak selesai selesai karena terus menerus diedit. Jadi, selesaikan, baru edit sehingga bisa lebih enak dibaca.

2. Kalau Bu Ditta tidak pakai hukuman Karena ngak suka dihukum,  alternatif lain adalah menuliskan target kita di kertas/karton lalu tempel di dinding. Insya Allah satu persatu impian itu akan terwujud.

Terakhir dari Bu Ditta :

Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki.

Sebutir pasir yang banyak dijumpa,

~ Ditta Widya Utami ~

Luar biasa sekali materi perkuliahan malam ini, sehingga membuat saya pribadi semakin semangat dan tertantang untuk menyiapkan tulisan buku solo saya yang nantinya akan saya kirim ke penerbit. Semoga dapat terlaksana dengan baik.

Alhamdulillah materi malam ini membuat saya lebih semangat lagi dalam belajar menulis.

Salam Literasi