Selasa, 19 Januari 2021


 

 Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd. Beliau adalah salah satu guru di SDN No.30 Kota Gorantalo, Provinsi Gorontalo. Lahir di Sidodadi, 14 juni 1978. menikah dengan Amir Hamzah, S.P dikaruniai 3 orang putri dan 1 putra.

Buku karyanya seprti Kwartet Media Bermain dan Belajar (2018) dan Buku ekspektasi VS Realitas (2019) selain itu juga ada buku karya BERSAMA DENGAN JUDUL Design Thinking membangun Generasi Emas dengan Konsep Merdeka Belajar (2020)

Berikut profil singkat ibu Jamila: https://encikmila.blogspot.com/2020/11/profil.html

Menurut Bu Jamila salah satu bentuk pengembangan diri dan mengeksplore kompetensi kita adalah dengan cara bergabung dalam satu komunitas positif seperti WA Grup Belajar Menulis. Bukan tanpa alasan, tentunya setiap kita yang bergabung disini punya harapan yang ingin dicapai. Terkait dengan hal tersebut maka hal yang ingin di share malam itu tentang : Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi

Kata “ekspektasi” tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang di inginkan dalam hidup. Sebagai contoh, ekspektasi kita Ketika bergabung dalam grup ini adalah ingin menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita. Ekspektasi tak seindah kenyataan. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dalam tulisan buku ke-2 beliau yang diterbitkan pada tahun 2019.

Dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah. Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar. Diantaranya :

1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?

2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?

3. Apakah tulisan saya menarik?, dls.

Kemudian Bu Jamila menambahkan bahwa mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para penulis pemula seperti beliau katanya. Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.

Bapak Ibu yang super hebat. Sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan. Kedua hal ini dibahas secara detail dalam bukunya yang ketiga hasil kolaborasi bersama Prof. Eko Indrajit yang Alhamdulillah diterima dan diterbitkan oleh Penerbit Andi.

Pengalaman BU Jamila dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun tekad  dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang beliau juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil. Untuk itulah beliau selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang susah payah saya bangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah.

Saat menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikirannya. Berbagai pemikiran negatif menghantui, namun berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasinya berubah menjadi sebuah prestasi. Saat Pak Joko mengumumkan bahwa tulisan beliau lolos tanpa revisi, ia seolah tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa tulisan yang menurut penilaian pribdi hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa.

Dari pengalaman ini Bu Jamila belajar beberapa hal dalam menulis:

1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.

2. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.

3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan

4. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.

5. Menulis jangan terlalu lama.

6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai

            adalah pembaca

Bapak ibu yang super hebat. Biasanya, kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis. Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Misal: tentang hobby memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu anak-anak kita.

Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dan lain sebagainya. Setiap kalimat yang terlintas segera di tulis. Beliau  biasanya menulis di HP. kadang saat tidak pegang HP, ia akan menuliskan di benda apa saja yang ditemui. Pernah ia nulisnya di telapak tangan, pernah juga di paha, he he luar biasa menurut saya pengalamaannya dalam menulis.

Hal yang paling sulit untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak punya hobby menulis. Kata orang hanya "Iseng-iseng" atau ikut-ikutan. Tidak masalah, jika kita tidak memiliki hobby, bukankah rasa iseng jika terus dilatih bisa menjadi suatu ketrampilan?

Be.liau termasuk orang yang menulis tergantung mood. Ini sangat berat ia rasakan ketika menerima tantangan Prof. Eko.  Rasanya bulan dan matahari berpindah tempat. Disaat seperti inilah ia menguatkan tekad dan niatnya untuk mencapai realitas. Jadi, menulis itu adalah sebuah perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat.

Hal yang menjadi fokus beliau dalam menulis adalah kata TUNTAS. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir 1.000 kali tentang apa yang sudah kita tulis. kita akan berpikir untuk edit dan edit lagi. akhirnya tulisan kita tidak tuntas.

Berdasarkan pertanyaan peserta menulis beliau berbagi beberapa tips yang ia gunakan dalam merangkai kata cukup sederhana. yaitu menggunakan kata apa saja yang terlintas dalam pikiran nya. Kata-kata yang digunakan tidak harus kata-kata rumit. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh orang lain.

Dan dilanjut dengan pertanyaan Bu Tini, Terkait  dengan tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri yaitu mood dan niat, namun yang ia rasakan  paling besar adalah kemampuannya, Ini yang sering menghabiskan waktu lama ketika menulis Perlu waktu lama bagi nya untuk mengasah kemampuan itu.

Saya sering terjebak kebuntuan bila menulis kemudian menilai ada ngak manfaatnya bagi orang lain, layak nggak ditulis, Karena untuk sekarang ia baru bisa menulis what to write dan belum what is it for. Jadi rasanya masih jauh panggang dari api tentang ekspektasi itu.

Hai Bu Tini. Menarik sekali pertanyaannya. Memang kendala terbesar dari diri kita sendiri bisa bermacam-macam. Masalah yang dihadapi Ibu terkait dengan kemampuan itu disebabkan karena bu Tini menulis dengan beban. Beban tentang baik buruknya tulisan kita. Cobalah menulis seperti yang sudah ia paparkan tadi. Menulis secara lepas dan bebas. Lepas dari beban terkait penilaian orang terhadap tulisan kita, sehingga kita bisa bebas mengekspresikan diri kita dalam tulisan.

Dilanjutkan dengan pertanyaan bu Yanti Ambarawa. Bagaimana proses kreatif ibu sehingga bisa menghasilkan sebuah buku dalam seminggu?

Salam kenal balik Bu Yanti. Semoga selalu semangat dalam menulis. Proses kreatif yang ia lakukan dalam menghasilkan buku tidak terlepas dari kegiatan membaca. Jadi, menulis dan membaca ibarat dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik. Menghasilkan buku dalam seminggu terdengar mustahil. Prosesnya jungkir balik, hingga siang dan malampun ikut terbalik. Hal pertama yang ia lakukan di awal adalah mencari menentukan judul dan kerangka tulisan. lalu berburu referensi sambil menyusun paragraf demi paragraf. Ya itu tadi, pokoknya tuntas dulu semua bab, terakhir sesi editing.

Nendisyah Putra, dari Pulau Banyak Barat. Bertanya: untuk di jaman Milineal saat ini,bagaimanakah mempublikasikan buku kita yang sudah di cetak, agar klayak ramai banyak yang membaca dan meminati nya?

Bu Jamila menjawabnya sebagai berikut: Di Jaman sekarang, publikasi sangat dipermudah karena ada begitu banyak jejaring sosial yang bisa kita manfaatkan. Disamping menawarkan door to door, kita bisa posting melalui WA, Instagram, FB, Youtube, dll. jangan lupa buat flyer + kata-kata menarik dan foto ekslusif, seperti orang jualan gitu. Namanya juga menawarkan. Yang penting harus jujur dan tidak ada kebohongan publik dalam iklan buku kita

Marinan dari kabupaten Tangerang, juga bertanya; Bagaimana cara merangsang potensi diri kita, sehingga potensi itu bisa merangsang pikiran. Dan bagaimana caranya penulis pemula  bisa merangsang setiap pemikiran atau penglihatan yang dilihat itu menjadi sebuah tulisan.

Baik ibu, berbicara tentang potensi diri. Kembali lagi ke 2 hal yang harus kita ubah dalam hidup kita yang sudah ia jelaskan di atas. yaitu Mindset dan passion. saat keduanya seiring sejalan, dengan sendirinya kita akan happy enjoy dalam menulis. Mulailah dengan melihat apa saja yang ada di depan kita, lalu cobalah untuk mendeskripsikannya. Saat jemari kita mulai menulis, maka ide lain akan datang dengan sendirinya. Kuncinya adalah percaya diri. Setiap kita memiliki potensi, dan potensi kita perlu di asah agar menjadi kompetensi.  Terima kasih. N

Budi Idris dari SMA N 2 Kotapinang kab. Labuhanbatu Sumatera Utara, Apakah dalam menyelesaikan naskah buku ibu melibatkan orang lain untuk edit naskah ibu? Sebelum dikirim ke penerbit?

Menurut Bu Jamila, proses editing bisa dilakukan sendiri dan dapat pula menggunakan jasa orang lain. Untuk buku yang ia tulis, sebelum di kirim ke penerbit beliau melakukan swasunting/edit sendiri. Kita tidak perlu khawatir masalah editing, karena biasanya pihak penerbit juga melakukan editing sebelum buku tersebut naik cetak.

Hal yang sering mengganggu bahkan bisa sebagai pemupus harapan dalam menulis. “Jadikan menulis sebagai suatu  kebutuhan”. Bli Made , Bali, menanyakan bagaimana pandangan Bu Jamila berkaitan dgn budaya baca tulis kita secara umum.yang masih rendah, sehingga bisa menulis sbg kebutuhan ?

Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang akan menilai adalah pembaca. Perasaan ini sering mengganjal diri saya, sehingga sering selesai menulis menjadi mentok akibat menanggung rasa malu akan hasil karya kita. Apa resepnya agar bisa keluar dari zona tidak nyaman itu.

Bu Jamila menjelaskan: secara nasional, memang minat dan budaya baca kita masih rendah. Disinilah peran kita sebagai guru, orang tua,  dan orang yang peduli dengan kependidikan untuk kembali membangun budaya membaca generasi kita yang selalu pasang surut. Membaca dan menulis adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. semakin suka membaca, maka semakin mudah menulis. Menjadikan menulis sebagai kebutuhan, artinya kita menjadikan membaca sebagai makanan kita.

Agar kita bisa keluar dari zona tidak nyaman, menulislah seperti air mengalir. Maksudnya tulislah apa yang ingin kita tulis. Abaikan penilaian orang tentang tulisan kita. Biarkan tulisan tersebut selesai kita tulis secara tuntas, lalu biarkan orang lain menilai. Karena penilaian orang lain biasanya lebih baik dari kita. Yang Bli rasakan pernah ia alami. Saat menulis buku ke-3 ia adalah orang yang paling tidak percaya diri dengan tulisan nya. Tulisan nya berbeda dengan semua tulisan teman-teman. Ia tidak tahu jenis tulisan, apalagi yang namanya gaya selingkung. Ia baru tahu, saat  mempresentasikan buku nya, dan diberi apresiasi luar biasa oleh Prof. Eko.

Curhatan Pak Didi,dari Serang, terkadang ia sudah memiliki ide/tema menulis tapi  suka bingung mau menulis dari mana dan pengetahuan akan tema tersebut masih minim padahal ia sangat tertarik untuk menulis hal tersebut. Bagaimana solusinya?

Bu Jamila memberikan masukan sebagai berikut: Punya ide, tapi bingung mau mulai menulis dari mana. Jangan bingung, mulai saja menulis dengan kata yang terlintas dalam pikiran, jangan memikirkan tulisan ini cocoknya di pendahuluan, atau di bab 1, dst. Tulis dan tulis saja setiap kita punya ide. saat kita benar-benar bingung dalam menulis, maka berhentilah menulis dan membacalah. Saat kita membaca, kita akan menemukan kembali ide yang terbang entah kemana. Saat ide itu muncul, jangan ditunda segeralah ditulis.

Dasirah dari SDN Pancur-Rembang. Jateng. Juga minta pencerahan dari  Ibu Jamila bagaimana membuat judul tulisan yg baik, sehingga mampu menarik pembaca . Mohon tipe dan triknya.

Bu Jamila pun menjawab dengan baik, Membuat judul tulisan yang baik, sebenarnya sangat bergantung dari minat. Kita cenderung sukanya menulis di bidang apa. Kita suka menulis fiksi atau non fiksi. Untuk memilih judul tentunya kita perlu referensi terkait konten yang akan kita tulis. Kita bisa browsing di internet sambil melakukan inovasi untuk judul yang kita buat. semakin banyak referensi judul yang kita lihat maka akan semakin baik judul yang kita tulis. untuk referensi tipe-tipe judul, silahkan intip di sini https://marketingcraft.getcraft.com/id-articles/7-tipe-judul-artikel-untuk-meningkatkan-traffic-blog-anda

Kemudian Dewi dari SMPN 142 Jakarta Barat juga ikut bertanya. Sejak kapan awal mula Bunda Jamila menulis buku? Tips-tips apa saja agar kita  tidak merasa bosan dalam menulis? Dan dari mana saja ide-ide yang Bunda Jamila tuangkan untuk sebuah tulisan?

Bu Jamila: Awal menulis buku tahun 2017. adapun tips yg saya lakukan dalam menulis agar tidak bosan sudah saya uraikan sebelumya. Ide menulis bisa datang dari mana saja. Kebanyakan dari lingkungan sekitar.

Iis Safuroh dari cisnjur tidak mau ketinggalan. Bagaimana agar usaha kita untuk menghasilkan karya juga karyanya menjadi menarik sesuai ekspektasi? Apakah jenis buku yang menarik itu harus berwarna misalnya atau pembahasannya yg up trending begitu?

Menurut Bu Jamila agar karya kita menarik sebelum menulis buku kita harus cari tahu hal/isu yang menjadi trending topik dan tidak akan ketinggalan jaman. dipertemuan sebelumnya sudah dijelaskan oleh Pak Joko tekniknya.

 Suyati dari Purbalingga, juga bertanya NBagaimana mengatasi keinginan mengedit tulisan kita padahal tulisan belum selesai? Dan berada di lingkungan pendidikan kita dituntut menulis dg kaidah bahasa yg benar. Ini kadang membayangi saat kita mengeluarkan ide-ide. Merasa tidak pada dan kurang pas sehingga jadi macet. Bagaimana mengatasinya?

Menurut Bu Jamila hal yang perlu kita lakukan adalah berusaha fokus di halaman-halaman berikutnya. Tahan diri semaksimal mungkin untuk tidak membuka/membaca halaman yang sudah kita tulis. Terkait kaidah penulisan, saat menulis abaikan saja dulu. Nanti akan ada saatnya kita mengedit ketika tulisan kita sudah benar-benar tuntas.

 Mohon berikan kiat-kiat  sukses supaya bisa menghasilkan tulisan yang  menginspirasi saya dan juga teman-teman.

Kiat  yang Bu Jamila Intinya ubah mindset, passion, bangun tekad, kuatkan niat, dan harus konsisten menulis. jangan lupa banyak membaca. sering-sering blog walking

Sudomo dari SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat mengajukan pertanyaa seperti ini bagaimana cara Ibu menghargai dan merayakan keberhasilan dalam menerbitkan buku? Dalam penerbitan buku, apakah Ibu pernah memiliki ekspektasi yang tidak sesuai harapan? Bagaimana cara Ibu mengatasinya? dan Mohon pencerahan tentang cara yang bisa kita lakukan untuk menularkan hobby menulis kepada rekan sejawat di sekolah?

Alhamdulillah Bu Jamila selalu berucap syukur kepada Allah, karena tidak pernah menyangka ternyata bisa menulis seperti sekarang. sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. setiap keberhasilan ia tidak pernah merayakan secara wah, hanya tunduk sujud saja kepada sang khalik atas semua nikmat yang diberikan. Dalam hal ekspektasi menerbitkan buku tentu saja pernah merasakan yang tidak sesuai harapan. cara mengatasinya kembali kepada : bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanyalah milik Dia. cara kita menularkan hobby menulis  yang paling efektif adalah dengan bukti. Tunjukkan bahwa kita bisa berkarya, dan merekapun bisa seperti kita. tidak ada hal yang tidak bisa, dan tidak ada hal yang tidak mungkin.

Kesimpulannya : Menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita

Luar biasa sekali materi perkuliahan malam ini, sehingga membuat saya pribadi semakin semangat dan tertantang untuk menyiapkan tulisan buku Solo saya yang nantinya akan saya kirim ke penerbit. Semoga dapat terlaksana dengan baik.

Alhamdulillah materi malam ini membuat saya lebih semangat lagi dalam belajar menulis.

Salam Literasi

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar